Agama Kristen, Islam dan Yahudi adalah tiga agama yang memiliki banyak kesamaan sejarah. Namun konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel yang selama puluhan tahun, kerap kali mengaitkan ketiga agama tersebut sebagai akar masalah.
Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia Dr. Tjahjadi Nugraha yang termasuk bagian dari kelompok “Interfaith Mission for Peace and Understanding”, menyatakan agama telah digunakan sebagai komoditi konflik dan politik semata.
“Agama dijadikan alat untuk pembenaran. Yang saya dapat dari cerita rakyat Palestina dan Israel –juga pemimpin-pemimpinnya, yaitu berani tidak kita untuk kembali ke ajaran benar yang disampaikan kitab-kitab suci para nabi, bukan interpretasi para kiai, pendeta atau rabbi,” demikian ungkap Tjahjadi Nugraha seperti dikutip dari voanews indonesia, pada Rabu (29/2).
“Jika ini selesai maka kita akan kembali pada rahmatan lil alamin. Ini jelas konflik soal tanah, pengungsi, kemiskinan dan lain-lain,” lanjutnya.
“Interfaith Mission for Peace And Understanding” adalah gabungan 24 tokoh dari perwakilan tiga agama, Kristen, Islam dan Yahudi. Mereka telah melakukan perjalanan selama 12 hari ke berbagai daerah yang sering mengalami konflik seperti Jakarta, Amman, Rammalah dan Tel Aviv. Terakhir mereka juga pergi ke Amerika Serikat untuk berdialog dengan sejumlah anggota kongres.
Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina adalah konflik politik dan wilayah. Namun, ketidaktahuan masyarakat sering kali membuat permasalahan ini bias, alhasil agama pun dikait-kaitkan dan membuat permasalahan semakin melebar. Mari kita doakan perdamaian diantara dua negara itu.
Sumber : voaindonesia-vna